Breaking News

[Resensi Lagu] Aku Ingin Bersamamu "Menjadi Indonesia"




Resensi Lagu
Tema : “Geledah Bumi Cinta Fileski”
Judul Lagu : Menjadi Indonesia
Karya : Fileski
Genre : Pop
Tahun : 2014


Tentang Fileski

Fileski lahir di Madiun, Jawa Timur 21 Februari 1988. Sejak duduk di SD Fileski sudah menulis puisi, terinspirasi dari ayahnya yang seorang guru bahasa dan sastra Indonesia. Kemudian beranjak remaja hingga masa kuliah ia kerap menyajikan sastra pertunjukan berkolaborasi dengan para seniman lintas disiplin seni seperti para sastrawan, para aktor teater, para perupa instalasi, dan para koreografer tari ternama di Indonesia. Berbagai panggung apresiasi sastra tingkat nasional dan internasional telah dijajakinya. Fileski mendirikan Komunitas Musik Sastra. Ia juga komposer yang banyak menciptakan komposisi musik yang diilhami dari karya puisi, cerpen, dan novel. Puisinya terbit di berbagai surat kabar, majalah, jurnal, bulletin, dan antologi puisi penyair lintas negara. Lulusan sarjana seni dari Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya ini mengambil spesifikasi jurusan Seni Teater.

Fileski disebut sebagai"Poet Musician", karena sajian khas pertunjukan Biola Puisi dan gaya panggungnya yang ekspresif dan atraktif. Ia membuat suatu inovasi dalam sastra pertunjukan dengan menyajikan Resital Biola Puisi yang pertama kali ia bawakan dalam Temu Sastrawan Nasional MPU VIII. Selama tiga tahun terakhir, Fileski kerap menyemarakkan berbagai ajang sastra nasional dan internasional. Tercatat sebagai pemecah Rekor Musikalisasi Puisi 11 Jam Nonstop berkolaborasi dengan257 Pembaca Puisi (2012), Merilis album Musik Puisi bersama Paperland - Produksi Togamas Music Production (2013), Tour Resital Biola Puisi - Bulan Bahasa Singapura (2014).

Awal Rasa dan Kata

Yang pertama kali kurasakan saat mendengar lagu Menjadi Indonesia adalah seperti sedang berada di sebuah tempat yang sejuk, jauh dari hiruk pikuk. Serasa menghirup udara segar yang membuat bugar. Tak adasedikitpun aroma polusi yang polesi wajahku dan mencampuri ketenanganku. Saya seperti berada dalam nuansa alam yang permai dan begitu damai.
Biola mendayu, semakin merayu imajiku untuk menggeledah, mencari tahu bumbu apa yang diramu selama proses kreatif lagu ini. Mendengar intronya, saya seperti kembali ke musik era ’90-an yang begitu kental dan sangat dijaga kualitas seluruh bagian dalam aransemen musiknya. Melodi biola bernuansa etnik Bali dan balutan string yang mengiringinya membuat intro lagu ini menarik. Tak perlu waktu lama, saya sudah jatuh hati pada lagu ini.

Pukulan drum yang dinamis dan selaras, menjadikan lagu ini berenergi dan memberi energi bagi para pendengarnya. Saya menjadi terbayang aliran irama gendang Makassar akan serasi dan harmonis jika dikombinasikan dalam lagu ini, karena keduanya mempunyai karakter ketukan yang hampir sama. Oleh karenanya, menjadi mudah untuk di-seirama-kan.

Musik dan Puisi Fileski

Untuk menjadi dirinya, Fileski membutuhkan waktu yang tak instan. Namun ia telah melakukannya dengan sangat telaten. Dari sepak terjangnya, tak ada yang harus kuragukan padanya. Ia benar-benar akan mengajakku untuk ‘menjadi Indonesia’. Lirik yang dituangkan dalam lagu tersusun dari diksi yang mudah dicerna namun tetap memberikan kesan ‘magis’ dan ‘manis’.

Fileski sebagai penulis lagu ini mungkin bukan berdarah bangsawan, tapi berdarah puisi. Ia sangat piawai dalam mengolah kata. Lirik lagu ini buktinya, sederhana tapi memiliki makna yang luar biasa. Kita simak lirik lagu Menjadi Indonesia berikut ini:

MENJADI INDONESIA

Siapa yang tak kenal Indonesia
Rangkaian pulau terpisah
Disatukan lautan dan perbedaan
Dalam sanubariku tersimpan kebanggaan yang abadi

Hingga deru ombak terhenti
Hingga surya jingga tak lagi mendaki cakrawala
Nyanyian kedamaian yang disampaikan angin malam
Meringkuk pulas dalam dekapan mantra leluhur

Surga yang membuat para musafir enggan melanjutkan kembara
Senyum dan keramahan yang tersiar hingga ke penjuru dunia
Inilah negeri tempatku dilahirkan dan bersemayam
Aku bangga menjadi bagian darimu, Indonesia

Surabaya, 2014

Indonesia sangat dikenal di seluiruh penjuru dunia, baik kekayaan alam maupun budayanya. Pada larik //Surga yang membuat para musafir enggan melanjutkan kembara//, metafora yang disajikan pada penggalan refrein ini sangat mengena, membuatku termenung akan masa silam. Mereka—kaum kolonial dari Eropa—yang bersafari mengarungi samudera di dunia, akan tercengang dan enggan pulang saat menemukan surga—pulau-pulau di Indonesia—ini. Alam Indonesia sungguh kaya, sehingga orang-orang seperti Bartholomeus Diaz, Vasco Da Gama, Alfonso d’Albuquerque, Christopher Columbus, Cornelis de Houtman, dan lainnya benar-benar berambisi untuk menguasai ‘surga’ ini atas dasar sinyal kepentingan 3G (Gold, Glory,Gospel) mereka. Indonesia adalah sasaran utama, setelah Eropa kekurangan rempah dan kebutuhan lainnya. Namun, tak ‘kan semudah itu, karena aroma penjajahan begitu cepat tercium oleh kaum pribumi dan perlawanan demi perlawanan pun tak terhenti sampai proklamasi. Satu larik saja dari lagu ini sudah bisa membuat pendengar untuk lebih panjang merenungkan bangsa. Inilah daya ‘magis’ lagu ini.

Setelah proklamasi, ternyata penjajahan itu tak serta merta berhenti. Penggalan lirik //Senyum dan keramahan yang tersiar hingga ke penjuru dunia// itu benar adanya. Bisa jadi bangsa kita terlalu ramah dengan semua orang sehingga mereka—para kolonialis baru di abad ini—meniru gaya‘ramah’ bangsa kita untuk masuk kembali melancarkan serangan. Adalah tujuan mereka menguasai bangsa ini, dengan cara membangun komunikasi yang intensif dan halus, merekatkan persahabatan dengan orang pribumi–yang bisa diajak bekerjasama—dan menaburkan bumbu-bumbu gorengan udang di balik batu dan iming-iming investasi yang sebenarnya membuat bangsa kita miskin. Alat dan sasarannya pun beragam: melalui media, mode, budaya, teknologi dan sebagainya. Oleh karenanya,jika kita bangga dengan Indonesia, kewajiban kita adalah mempertahankan bangsadan melawan segala bentuk penjajahan itu. Seperti pesan yang terkandung dalam dua baris terakhir //Inilah negeri tempatku dilahirkan dan bersemayam// Aku bangga menjadi bagian darimu,Indonesia//.

Fileski telah membuka semuanya. Sejarah-sejarah lama akan tersibak kembali ketika mendengar lagu ini. Ia sangat baik dalam melagukan puisi, semoga ia terus konsisten meneruskan ‘perjuangan’ Ebiet G Ade yang melegenda dalam melagukan puisi. Disukung skill permainan biolanya yang juga tak diragukan lagi, saya yakin anda akan terpukau ketika melihat penampilan resital biolanya. Lengkingan, bahkan jeritan biola yang dimainkan begitu menghanyutkan. Dengan biolanya, semoga pada era ini, esok, dan seterusnya, musisi puisi bernama lengkap Walidha Tanjung Files ini semakin berkibar, melanjutkan kejayaan biola seperti pada masa Hendri Lamiri beberapa tahun yang lalu.

Fileski, musisi yang anti-mainstream. Ia menulis puisi, membuat aransemen, lalu menyatukannya dalam sebuah lagu. Belum banyak para seniman yang membawakan pop balada atau pop etnik seperti yang ia kreasikan. Ia berbeda dengan seniman/grup band lainnya di belantika musik tanah air, yang hanya mengedepankan sisi komersialitas, mengejar pasar bisnis musik tanpa memerhatikan kualitas. Saya salut padanya. Ia sangat merdeka, berkarya tanpa terseret arus global.

Dalam lagu ini, ada ketidakseimbangan dari segi musik dan vokal. Suara vokal seakan tenggelam, kalah oleh suara musiknya, mungkin proses track recording atau mixing yang kurang maksimal. Lain halnya dengan lagu seperti Kota ini, Hujan Pagi ini, dan lainnya yang terdengar seimbang dari segi suara. Namun dari segi lirik dan aransemen, Menjadi Indonesia sudah baik dan easy listening. Balutan string yang empuk dan clean guitar membuat suasana lagu benar-benar segar. Untuk lebih mengentalkan hawa etniknya, alangkah baiknya, saat interlude, dibumbui dengan suara gending dan gendang tradisional, walaupun melodi flute yang ada sebenarnya sudah sangat menggambarkan ke-Indonesia-annya. Seluruh daerah terwakilkan oleh nadanya. Menjadi Indonesia sangat ‘manis’.

Satu hal lagi, dalam menyanyikan lagu ini membutuhkan penataan vokal yang serius, nada-nadanya akan sulit dijangkau jika tanpa pengaturan nafas yang benar, terutama pada bagian refreinnya. Meskipun bertempo lambat, lagu ini memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi.

Akhir Kata, Bukan Rasa

Tak terasa, kopi segelas hampir tuntas, entah berbelit-belit atau justru ‘pelit’ dalam berkata-kata, semoga resensi ini memiliki esensi dan manfaat bagi para pembaca. Yang pasti, lagu di atas mengingatkan bahwa kita harus bangga menjadi bagian dari Indonesia. Sukses selalu buat Fileski dan kita semua. Suatu saat, semoga saya bisa bertemu dengannya—Poet Musician itu, untuk bersamanya, Menjadi Indonesia.


Salam Karya,

Sanie
Temanggung, 4 Desember 2014 06:57 WIB

No comments

Terima kasih telah berkunjung. Berkomentarlah dengan sopan dan bijak sesuai konten.